PONDOK PESANTREN SALAF
Pondok pesantren Salaf atau salafiyah menganut sistem pendidikan tradisional ala pesantren. Yaitu, sistem pengajian kitab sorogan dan bandungan. Di sebagian pesantren salaf saat ini sudah ditambah dengan semi-modern dengan sistem klasikal atau sistem kelas yang disebut madrasah diniyah (madin)
yang murni mengajarkan ilmu agama dan kitab kuning.
PONDOK PESANTREN MODERN
(KHOLAF)
Seiring dinamika zaman, banyak pesantren
yang sistem pendidikan asalnya salaf berubah total menjadi pesantren modern. Ciri khas pesantren modern adalah prioritas pendidikan pada sistem sekolah formal dan penekanan bahasa Arab modern (lebih spesifik pada speaking/muhawarah). Sistem pengajian kitab kuning, baik pengajian sorogan maupun madrasah diniyah, ditinggalkan sama sekali.
Rabu
Nusaibah si jago pedang - jagoan wanita di zaman Rasulullah SAW
Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang mulia berdiri di puncak bukit Uhud dan memandang musuh yang merangsek maju mengarah pada dirinya. Beliau memandang ke sebelah kanan dan tampak olehnya seorang perempuan mengayun-ayunkan pedangnya dengan gagah perkasa melindungi dirinya. Beliau memandang ke kiri dan sekali lagi beliau melihat wanita tersebut melakukan hal yang sama – menghadang bahaya demi melindungi sang pemimpin orang-orang beriman.
Kata Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam kemudian, “Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri pada pertempuran Uhud kecuali aku melihat Nusaibah binti Ka’ab berperang membelaku.”
Memang Nusaibah binti Ka’ab Ansyariyah demikian cinta dan setianya kepada Rasulullah sehingga begitu melihat junjungannya itu terancam bahaya, dia maju mengibas-ngibaskan pedangnya dengan perkasa sehingga dikenal dengan sebutan Ummu Umarah, adalah pahlawan wanita Islam yang mempertaruhkan jiwa dan raga demi Islam termasuk ikut dalam perang Yamamah di bawah pimpinan Panglima Khalid bin Walid sampai terpotong tangannya. Ummu Umarah juga bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dalam menunaikan Baitur Ridhwan, yaitu suatu janji setia untuk sanggup mati syahid di jalan Allah.
Nusaibah adalah satu dari dua perempuan yang bergabung dengan 70 orang lelaki Ansar yang berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam. Dalam baiat Aqabah yang kedua itu ia ditemani suaminya Zaid bin Ahsim dan dua orang puteranya: Hubaib dan Abdullah. Wanita yang seorang lagi adalah saudara Nusaibah sendiri. Pada saat baiat itu Rasulullah menasihati mereka, “Jangan mengalirkan darah denga sia-sia.”
Dalam perang Uhud, Nusaibah membawa tempat air dan mengikuti suami serta kedua orang anaknya ke medan perang. Pada saat itu Nusaibah menyaksikan betapa pasukan Muslimin mulai kocar-kacir dan musuh merangsek maju sementara Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam berdiri tanpa perisai. Seorang Muslim berlari mundur sambil membawa perisainya, maka Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam berseru kepadanya, “berikan perisaimu kepada yang berperang.” Lelaki itu melemparkan perisainya yang lalu dipungut oleh Nusaibah untuk melindungi Nabi.
Ummu Umarah sendiri menuturkan pengalamannya pada Perang Uhud, sebagaimana berikut: “…saya pergi ke Uhud dan melihat apa yang dilakukan orang. Pada waktu itu saya membawa tempat air. Kemudian saya sampai kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang berada di tengah-tengah para sahabat. Ketika kaum muslimin mengalami kekalahan, saya melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam, kemudian ikut serta di dalam medan pertempuran. Saya berusaha melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dengan pedang, saya juga menggunakan panah sehingga akhirnya saya terluka.”
Ketika ditanya tentang 12 luka ditubuhnya, Nusaibah menjawab, “Ibnu Qumaiah datang ingin menyerang Rasulullah ketika para sahabat sedang meninggalkan baginda. Lalu (Ibnu Qumaiah) berkata, ‘mana Muhammad? Aku tidak akan selamat selagi dia masih hidup.’ Lalu Mushab bin Umair dengan beberapa orang sahabat termasuk saya menghadapinya. Kemudian Ibny Qumaiah memukulku.”
Rasulullah juga melihat luka di belakang telinga Nusaibah, lalu berseru kepada anaknya, “Ibumu, ibumu…balutlah lukanya! Ya Allah, jadikanlah mereka sahabatku di surge!” Mendengar itu, Nusaibah berkata kepada anaknya, “Aku tidak perduli lagi apa yang menimpaku di dunia ini.”
Subhanallah, sungguh setianya beliau kepada baginda Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam
Kata Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam kemudian, “Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri pada pertempuran Uhud kecuali aku melihat Nusaibah binti Ka’ab berperang membelaku.”
Memang Nusaibah binti Ka’ab Ansyariyah demikian cinta dan setianya kepada Rasulullah sehingga begitu melihat junjungannya itu terancam bahaya, dia maju mengibas-ngibaskan pedangnya dengan perkasa sehingga dikenal dengan sebutan Ummu Umarah, adalah pahlawan wanita Islam yang mempertaruhkan jiwa dan raga demi Islam termasuk ikut dalam perang Yamamah di bawah pimpinan Panglima Khalid bin Walid sampai terpotong tangannya. Ummu Umarah juga bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dalam menunaikan Baitur Ridhwan, yaitu suatu janji setia untuk sanggup mati syahid di jalan Allah.
Nusaibah adalah satu dari dua perempuan yang bergabung dengan 70 orang lelaki Ansar yang berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam. Dalam baiat Aqabah yang kedua itu ia ditemani suaminya Zaid bin Ahsim dan dua orang puteranya: Hubaib dan Abdullah. Wanita yang seorang lagi adalah saudara Nusaibah sendiri. Pada saat baiat itu Rasulullah menasihati mereka, “Jangan mengalirkan darah denga sia-sia.”
Dalam perang Uhud, Nusaibah membawa tempat air dan mengikuti suami serta kedua orang anaknya ke medan perang. Pada saat itu Nusaibah menyaksikan betapa pasukan Muslimin mulai kocar-kacir dan musuh merangsek maju sementara Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam berdiri tanpa perisai. Seorang Muslim berlari mundur sambil membawa perisainya, maka Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam berseru kepadanya, “berikan perisaimu kepada yang berperang.” Lelaki itu melemparkan perisainya yang lalu dipungut oleh Nusaibah untuk melindungi Nabi.
Ummu Umarah sendiri menuturkan pengalamannya pada Perang Uhud, sebagaimana berikut: “…saya pergi ke Uhud dan melihat apa yang dilakukan orang. Pada waktu itu saya membawa tempat air. Kemudian saya sampai kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang berada di tengah-tengah para sahabat. Ketika kaum muslimin mengalami kekalahan, saya melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam, kemudian ikut serta di dalam medan pertempuran. Saya berusaha melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dengan pedang, saya juga menggunakan panah sehingga akhirnya saya terluka.”
Ketika ditanya tentang 12 luka ditubuhnya, Nusaibah menjawab, “Ibnu Qumaiah datang ingin menyerang Rasulullah ketika para sahabat sedang meninggalkan baginda. Lalu (Ibnu Qumaiah) berkata, ‘mana Muhammad? Aku tidak akan selamat selagi dia masih hidup.’ Lalu Mushab bin Umair dengan beberapa orang sahabat termasuk saya menghadapinya. Kemudian Ibny Qumaiah memukulku.”
Rasulullah juga melihat luka di belakang telinga Nusaibah, lalu berseru kepada anaknya, “Ibumu, ibumu…balutlah lukanya! Ya Allah, jadikanlah mereka sahabatku di surge!” Mendengar itu, Nusaibah berkata kepada anaknya, “Aku tidak perduli lagi apa yang menimpaku di dunia ini.”
Subhanallah, sungguh setianya beliau kepada baginda Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam
imam yang istiqomah meninggal dipenjara
Pernah suatu ketika Khalifah Abu Jaffar Al-Mansur memanggil tiga orang ulama besar ke istananya, iaitu Imam Abu Hanifah, Imam Sufyan ats Tauri dan Imam Syarik an Nakhaei. Setelah mereka hadir di istana, maka ketiganya ditetapkan untuk menduduki pangkat yang cukup tinggi dalam kenegaraan, masing-masing diberi surat pelantikan tersebut.
Imam Sufyan ats Tauri diangkat menjadi kadi di Kota Basrah, lmam Syarik diangkat menjadi kadi di ibu kota. Adapun Imam Hanafi tidak mahu menerima pengangkatan itu di manapun ia diletakkan. Pengangkatan itu disertai dengan ancaman bahwa siapa saja yang tidak mahu menerima jawatan itu akan didera sebanyak l00 kali deraan.
Imam Syarik menerima jabatan itu, tetapi Imam Sufyan tidak mahu menerimanya, kemudian ia melarikan diri ke Yaman. Imam Abu Hanifah juga tidak mahu menerimanya dan tidak pula berusaha melarikan diri.
Oleh sebab itu Imam Abu Hanifah dimasukkan ke dalam penjara dan dijatuhi hukuman sebanyak 100 kali dera. Setiap pagi dipukul dengan cambuk sementara dileher beliau dikalung dengan rantai besi yang berat.
Suatu kali Imam Hanafi dipanggil baginda untuk mengadapnya. Setelah tiba di depan baginda, lalu diberinya segelas air yang berisi racun. Ia dipaksa meminumnya. Setelah diminum air yang beracun itu Imam Hanafi kembali dimasukkan ke dalam penjara. Imam Hanafi wafat dalam keadaan menderita di penjara ketika itu ia berusia 70 tahun.
Imam Hanafi menolak semua tawaran yang diberikan oleh kerajaan daulah Umaiyyah dan Abbasiyah adalah kerana beliau tidak sesuai dengan corak pemerintahan yang mereka kendalikan. Oleh sebab itu mereka berusaha mengajak Imam Hanafi untuk bekerjasama mengikut gerak langkah mereka, dan akhirnya mereka siksa hingga meninggal, kerana Imam Hanafi menolak semua tawaran yang mereka berikan.
Sepanjang riwayat hidupnya, beliau tidak dikenal dalam mengarang kitab. Tetapi madzab beliau Imam Abu Hanifah atau madzab Hanafi disebar luaskan oleh murid-murid beliau. Demikian juga fatwa-fatwa beliau dituliskan dalam kitab-kitab fikih oleh para murid dan pengikut beliau sehingga madzab Hanafi menjadi terkenal dan sampai saat ini dikenal sebagai salah satu madzab yang empat. Di antara murid beliau yang terkenal adalah Muhammad bin Al-Hassan Al-Shaibani, yang merupakan guru dari Imam Syafi’iy.
Imam Sufyan ats Tauri diangkat menjadi kadi di Kota Basrah, lmam Syarik diangkat menjadi kadi di ibu kota. Adapun Imam Hanafi tidak mahu menerima pengangkatan itu di manapun ia diletakkan. Pengangkatan itu disertai dengan ancaman bahwa siapa saja yang tidak mahu menerima jawatan itu akan didera sebanyak l00 kali deraan.
Imam Syarik menerima jabatan itu, tetapi Imam Sufyan tidak mahu menerimanya, kemudian ia melarikan diri ke Yaman. Imam Abu Hanifah juga tidak mahu menerimanya dan tidak pula berusaha melarikan diri.
Oleh sebab itu Imam Abu Hanifah dimasukkan ke dalam penjara dan dijatuhi hukuman sebanyak 100 kali dera. Setiap pagi dipukul dengan cambuk sementara dileher beliau dikalung dengan rantai besi yang berat.
Suatu kali Imam Hanafi dipanggil baginda untuk mengadapnya. Setelah tiba di depan baginda, lalu diberinya segelas air yang berisi racun. Ia dipaksa meminumnya. Setelah diminum air yang beracun itu Imam Hanafi kembali dimasukkan ke dalam penjara. Imam Hanafi wafat dalam keadaan menderita di penjara ketika itu ia berusia 70 tahun.
Imam Hanafi menolak semua tawaran yang diberikan oleh kerajaan daulah Umaiyyah dan Abbasiyah adalah kerana beliau tidak sesuai dengan corak pemerintahan yang mereka kendalikan. Oleh sebab itu mereka berusaha mengajak Imam Hanafi untuk bekerjasama mengikut gerak langkah mereka, dan akhirnya mereka siksa hingga meninggal, kerana Imam Hanafi menolak semua tawaran yang mereka berikan.
Sepanjang riwayat hidupnya, beliau tidak dikenal dalam mengarang kitab. Tetapi madzab beliau Imam Abu Hanifah atau madzab Hanafi disebar luaskan oleh murid-murid beliau. Demikian juga fatwa-fatwa beliau dituliskan dalam kitab-kitab fikih oleh para murid dan pengikut beliau sehingga madzab Hanafi menjadi terkenal dan sampai saat ini dikenal sebagai salah satu madzab yang empat. Di antara murid beliau yang terkenal adalah Muhammad bin Al-Hassan Al-Shaibani, yang merupakan guru dari Imam Syafi’iy.
Minggu
status dan kehormatan
Awalnya mungkin hanya sekedar menyambung silaturahim dengan teman-teman lama, namun lama kelamaan tergoda untuk menonjolkan diri sendiri. Hingga tanpa sadar sudah membeberkan tentang seluk beluk dirinya dengan sangat transparan.
Interaksi dalam facebook bisa menjadi positif jika diisi dengan saling menasihati dalam kebaikan dan kebenaran. Dan akan lebih baik lagi jika nasihat-nasihat tersebut adalah agar meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita pada Allah. Ada beberapa orang yang memanfaatkan status di facebook untuk menyebarkan mutiara-mutiara hikmah dalam rangka mengingatkan kita pada Allah. Namun status-status yang terlalu ‘berat’ tersebut lebih sering sepi pengunjung. Entah karena si pemilik status jarang mengunjungi orang lain atau karena tulisannya dinilai terlalu panjang dan terlalu ‘berat’ sehingga orang tidak berani untuk mengomentari. Yang sering mendapat komentar adalah status yang berisi: curahan hati si pemilik status, keluhan-keluhan, peristiwa yang baru saja dialami.
memang kalo kita amati hampir sbagian facebooker beramai-ramai dan berlomba-lomba memajang status, foto dan aktivitasnya di depan umum dan berharap semua orang yang ada di list friend mereka melihat kegiatan mereka. Harapan itu tak sekedar ingin dilihat tapi juga ingin dikomentari. Semua orang ramai-ramai mencari perhatian. Semua orang mendadak ingin terlihat populer. Ada yang bangga karena facebooknya mendapat komentar terbanyak dari rekan-rekannya. Ada yang bangga karena foto-fotonya ter-update setiap saat. Ada yang bangga karena statusnya banyak yang mengomentari, ada yang bangga karena punya teman orang-orang terkenal dlsb.
Lupa atau sengaja hal-hal yang semestinya bersifat internal, menjadi kebanggaan di statusnya. Lihat saja beberapa status di facebook:
Seorang wanita menuliskan “Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya…?”–kemudian puluhan komen komen nakal bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan seorang lelaki temannya menuliskan “mau ditemanin...?
Seorang wanita dengan nada guyon mengomentarin foto yang baru saja di-upload di albumnya, foto-foto saat SMA dulu setelah berolah raga memakai kaos dan celana pendek…padahal sebagian besar yang di dalam foto tersebut sudah berjilbab
Ada pula yang komen di wall temannya “ eeeh ini si anu ya …., yang dulu dekat dengan si itu khan? Aduuh dicariin tuh sama si itu…” –lupa kalau si anu sudah punya suami dan anak-anak yang manis.
Dan banyak lagi status-status yang lainnya.
Rasanya hilang apa yang diajarkan seseorang yang sangat dicintai Allah…., yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Rasulullah kepada umatnya. Seseorang yang sangat menjaga kemuliaan dirinya dan keluarganya . Ingatkah ketika Rasulullah bertanya pada Aisyah radhiyallahu ‘anha:
“ Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi ini?” maka Istri tercinta, sang Humairah, sang pipi merah Aisyah menjawab, “ Rasul, kekasih hatiku, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini”. Rasul dengan senyum teduhnya berkata, “Baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini”. Tidak perlu orang tahu bahwa tidak ada makanan di rumah rasulullah….
Bahwasanya kehormatan menjadi salah satu indikator keimanan seseorang....
Interaksi dalam facebook bisa menjadi positif jika diisi dengan saling menasihati dalam kebaikan dan kebenaran. Dan akan lebih baik lagi jika nasihat-nasihat tersebut adalah agar meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita pada Allah. Ada beberapa orang yang memanfaatkan status di facebook untuk menyebarkan mutiara-mutiara hikmah dalam rangka mengingatkan kita pada Allah. Namun status-status yang terlalu ‘berat’ tersebut lebih sering sepi pengunjung. Entah karena si pemilik status jarang mengunjungi orang lain atau karena tulisannya dinilai terlalu panjang dan terlalu ‘berat’ sehingga orang tidak berani untuk mengomentari. Yang sering mendapat komentar adalah status yang berisi: curahan hati si pemilik status, keluhan-keluhan, peristiwa yang baru saja dialami.
memang kalo kita amati hampir sbagian facebooker beramai-ramai dan berlomba-lomba memajang status, foto dan aktivitasnya di depan umum dan berharap semua orang yang ada di list friend mereka melihat kegiatan mereka. Harapan itu tak sekedar ingin dilihat tapi juga ingin dikomentari. Semua orang ramai-ramai mencari perhatian. Semua orang mendadak ingin terlihat populer. Ada yang bangga karena facebooknya mendapat komentar terbanyak dari rekan-rekannya. Ada yang bangga karena foto-fotonya ter-update setiap saat. Ada yang bangga karena statusnya banyak yang mengomentari, ada yang bangga karena punya teman orang-orang terkenal dlsb.
Lupa atau sengaja hal-hal yang semestinya bersifat internal, menjadi kebanggaan di statusnya. Lihat saja beberapa status di facebook:
Seorang wanita menuliskan “Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya…?”–kemudian puluhan komen komen nakal bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan seorang lelaki temannya menuliskan “mau ditemanin...?
Seorang wanita dengan nada guyon mengomentarin foto yang baru saja di-upload di albumnya, foto-foto saat SMA dulu setelah berolah raga memakai kaos dan celana pendek…padahal sebagian besar yang di dalam foto tersebut sudah berjilbab
Ada pula yang komen di wall temannya “ eeeh ini si anu ya …., yang dulu dekat dengan si itu khan? Aduuh dicariin tuh sama si itu…” –lupa kalau si anu sudah punya suami dan anak-anak yang manis.
Dan banyak lagi status-status yang lainnya.
Rasanya hilang apa yang diajarkan seseorang yang sangat dicintai Allah…., yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Rasulullah kepada umatnya. Seseorang yang sangat menjaga kemuliaan dirinya dan keluarganya . Ingatkah ketika Rasulullah bertanya pada Aisyah radhiyallahu ‘anha:
“ Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi ini?” maka Istri tercinta, sang Humairah, sang pipi merah Aisyah menjawab, “ Rasul, kekasih hatiku, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini”. Rasul dengan senyum teduhnya berkata, “Baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini”. Tidak perlu orang tahu bahwa tidak ada makanan di rumah rasulullah….
Bahwasanya kehormatan menjadi salah satu indikator keimanan seseorang....
Sabtu
belajar tasrif bina naqish wawi
Bina’ Naqish wawi
Kalimah Bina’ Naqis wawi adalah: Apabila Lam Fi’il nya berupa huruf illah. Jika huruf illat nya wawu, dinamakan Bina’ Naqish Wawi contoh: دعا
Asal bentuknya: دعو
فعل الماضي: دعا دعوا دعوا دعت دعتا دعون دعوت دعوتما دعوتم دعوت دعوتما دعوتن دعوت دعون فعل المضارع: يدعو يدعوان يدعون تدعو تدعوان يدعون تدعو تدعوان تدعون تدعين تدعوان تدعون ادعو ندعو مصدر توكيد: دعاء دعائين دعاءات. مصدو مرة: دعوة دعوتين دعوات. اسم المضمر: هو هما هم هي هما هن انت انتما انتم انت انتما انتن اسم الفاعل: داع داعيان داعون داعية داعيتان داعيات. اسم الإشارة: ذاك ذاكما ذاكم ذاك ذاكما ذاكن تاك تاك تاكما تاكم تاك تاكما تاكن. اسم المفعول: مدعو مدعوان مدعوون مدعوة مدعوتان مدعوات. فعل الأمر: ادع ادعوا ادعو ادعي ادعوا ادعون. فعل النهي: لاتدع لاتدعوا لاتدعوا لاتدعي لاتدعوا لاتدعون. اسم الزمان: مدعى مدعيان مداع اسم المكان: مدعى مدعيان مداع
Kalimah Bina’ Naqis wawi adalah: Apabila Lam Fi’il nya berupa huruf illah. Jika huruf illat nya wawu, dinamakan Bina’ Naqish Wawi contoh: دعا
Asal bentuknya: دعو
فعل الماضي: دعا دعوا دعوا دعت دعتا دعون دعوت دعوتما دعوتم دعوت دعوتما دعوتن دعوت دعون فعل المضارع: يدعو يدعوان يدعون تدعو تدعوان يدعون تدعو تدعوان تدعون تدعين تدعوان تدعون ادعو ندعو مصدر توكيد: دعاء دعائين دعاءات. مصدو مرة: دعوة دعوتين دعوات. اسم المضمر: هو هما هم هي هما هن انت انتما انتم انت انتما انتن اسم الفاعل: داع داعيان داعون داعية داعيتان داعيات. اسم الإشارة: ذاك ذاكما ذاكم ذاك ذاكما ذاكن تاك تاك تاكما تاكم تاك تاكما تاكن. اسم المفعول: مدعو مدعوان مدعوون مدعوة مدعوتان مدعوات. فعل الأمر: ادع ادعوا ادعو ادعي ادعوا ادعون. فعل النهي: لاتدع لاتدعوا لاتدعوا لاتدعي لاتدعوا لاتدعون. اسم الزمان: مدعى مدعيان مداع اسم المكان: مدعى مدعيان مداع
Langganan:
Komentar (Atom)